Halo, sahabat Bengkel Bunda..
Apa kabar?
Bagaimana? Apakah kemeriahan perayaan kemerdekaan masih terasa?
Hmm, kalau di kompleks saya, puncak acara baru selesai tanggal 3 September 2023 mendatang. Penutupannya ada jalan sehat tingkat desa.
Bagaimana di tempat tinggal sahabat?
Nah, hari ini Bengkel Bunda mau sharing seputar perayaan kemerdekaan.
Sejarah Lomba Agustusan
Bulan Agustus, adalah bulan kemerdekaan. Bulan kemerdekaan identik dengan berbagai perlombaan. Lomba-lomba ini bertujuan memeriahkan bulan kemerdekaan.
Memangnya, sejak kapan ya perayaan kemerdekaan diisi dengan berbagai lomba?
Sebenarnya tidak ada catatan yang pasti, mulai kapan perayaan kemerdekaan diisi dengan berbagai perlombaan. Namun, menurut sejarawan JJ Rizal, tradisi lomba-lomba ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda dan pendudukan Jepang.
Contohnya, lomba panjat pinang, yang sudah sering didokumentasikan saat masa kolonial dahulu. Selanjutnya, saat ulang tahun Djawa Baroe yang jatuh pada bulan Maret, dekat dengan momen masuknya Jepang ke Indonesia, jenis lomba pun bertambah lagi, yaitu lomba tarik beban berat dan lomba kuda-kuda.
Makna Berbagai Lomba Agustusan
Pernah nggak sahabat bertanya-tanya, memangnya kenapa sih saat Agustusan harus lomba balap karung? Atau mungkin ada yang bingung, apa juga hubungannya lomba makan kerupuk dengan kemerdekaan?
Hehe, walau kesannya lomba hanya untuk bersenang-senang, sejatinya lomba-lomba itu punya makna tersendiri, lho.
Lomba balap karung
Lomba balap karung ini sering diadakan saat Agustusan. Lomba balap karung adalah lomba yang menggunakan karung bekas, misalnya karung goni. Peserta harus memasukkan bagian kakinya atau setengah tubuhnya ke dalam karung, kemudian melompat-lompat kecil hingga melewati garis finish.
Lomba ini menyimbolkan pakaian sederhana yang pada zaman dulu dikenakan masyarakat Indonesia. Namun, ternyata lomba ini juga sudah diadakan oleh misionaris Belanda untuk instansi-instansi bentukannya.
Lomba makan kerupuk
Biasanya lomba makan kerupuk ini untuk anak-anak. Anak-anak saya selalu menantikan ikut lomba ini setiap tahunnya.
Meskipun terkesan remeh, karena hanya makan kerupuk saja. Lomba ini sebenarnya punya makna yang cukup mendalam lho sahabat.
Baca Juga : Sukses dan Merdeka Bersama Bengkel Bunda
Dalam lomba ini, kerupuk digantung dengan seutas tali, kemudian peserta harus memakannya tanpa boleh menggunakan tangan. Peserta yang berhasil menghabiskan lebih dulu, dialah pemenangnya. Ini diidentikkan dengan susahnya perjuangan. Makan kerupuk dengan tangan terikat, tentu bukan hal mudah.
Selain itu, lomba makan kerupuk ini juga menyimbolkan kesederhanaan karena kerupuk merupakan makanan yang murah dan mudah didapat.
Tarik tambang
Lomba tarik tambang yang biasanya perlu lebih dari 10 orang untuk ikut dalam lomba tersebut. Lomba ini dibagi menjadi 2 tim atau lebih dengan setiap tim saling tarik menarik tali tambang yang diberi tanda di bagian tengah. Penentuan pemenang ialah tim yang berhasil menarik hingga tanda di tali melewati garis yang sudah ditentukan.
Dalam tarik tambang diajarkan kerja sama tim terutama dalam jumlah yang banyak dan bersaing dengan tim lain untuk mencapai kemenangan.
Asal-usul lomba tarik tambang ada berbagai versi. Setidaknya ada dua versi asal mula tarik tambang; pertama, Cina Kuno, yang sudah ada sekitar 800 tahun sebelum masehi yang awalnya digunakan untuk pelatihan militer. Kedua dari India, tercatat sudah ada sejak abad ke-12 sebelum masehi, namun tidak jelas penggunaan tarik tambang pada masa itu.
Tarik tambang baru masuk di Indonesia pada masa penjajahan Belanda yang dijadikan hiburan. Ketika itu tali tambang sendiri digunakan untuk menarik benda-benda berat.
Lomba tarik tambang ini mengajarkan kita akan pentingnya kerjasama dalam sebuah tim. Sebagaimana kemerdekaan, diraih dengan kerjasama seluruh bangsa Indonesia.
Balap kelereng
Tak hanya lomba makan kerupuk, anak-anak biasanya ikutan lomba balap kelereng. Lomba ini mengharuskan peserta membawa sendok dengan ujungnya terdapat sebuah kelereng.
Biasanya para peserta diharuskan membawa sendok dengan cara menggigit pegangan sendok atau pun membawanya menggunakan tangan. Jika kelereng jatuh, biasanya peserta diharuskan mengulang dari awal atau langsung didiskualifikasi. Dalam lomba ini peserta dituntut harus berkonsentrasi dan tekun untuk menyelesaikan lomba.
Baca Juga : Merdeka Menyusui bagi Ibu Bekerja
Balap kelereng sendiri sudah ada pada peradaban Mesir Kuno atau sekitar 3000 tahun sebelum masehi. Ketika itu kelereng masih terbuat dari batu atau tanah liat. Bangsa Romawi juga mengenal kelereng ini dan dijadikan bagian dari festival Saturnalia. Selanjutnya permainan ini berkembang di benua lain seperti Amerika dan Eropa. Permainan ini baru masuk di Asia sekitar abad 16-19.
Lomba ini bisa dimaknai bahwa konsentrasi dan ketekunan itu penting untuk meraih kesuksesan.
Penutup
Nah, itu tadi cerita keseruan dibalik perayaan kemerdekaan. Walau terkesan untuk bersenang-senang, sejatinya berbagai perlombaan Agustusan ini sarat akan makna.
Melalui berbagai perlombaan Agustusan, kita diingatkan selalu untuk mengisi kemerdekaan dengan gembira dan melakukan hal-hal yang bermanfaat.
Baca Juga : 3 Hal Ini yang Bisa Kamu Lakukan Agar Indonesia Merdeka dari Karhutla
Selain lomba-lomba di atas, apakah ada lomba lain yang diadakan di lingkungan tempat tinggal sahabat?
Boleh lho cerita keseruannya di kolom komentar.
Terima kasih.
No comments